Benarkah dengan kekalahan timnas 0-10 dari Bahrain menunjukkan bahwa sepak bola Indonesia tengah berada di titik terendah? Setidaknya itulah yang diungkapkan oleh tokoh sepak bola nasional IGK Manila. Menurutnya, Indonesia pernah kalah 6-0 saat menghadapi Arab Saudi di Jeddah pada 17 Oktober 2003, juga 1-7 sewaktu menjamu Uruguay di Senayan. “Tapi tidak pernah separah ini,” ujarnya kepada Tempo, Kamis 1 Maret 2011.
Manajer Tim Nasional saat menjuarai SEA Games 1991 ini mengatakan Pasukan Garuda memang berangkat ke Manama tanpa target karena sudah tersisih dari kualifikasi Pra-Piala Dunia Grup E Zona Asia. Jadi, kalaupun kalah sampai 3-0, masyarakat masih lapang dada. “Tapi ini memalukan,” ujar Manila.
Manila menuding Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) sebagai biang kerok anjloknya mutu tim nasional. “Tim lama mereka bubarkan, pelatih bagus mereka pecat, pengurus ditempati orang-orang yang tidak mengerti sepak bola,” kata Manajer Persija Jakarta saat menjuarai Liga Indonesia 2001 ini.
Lebih tegas lagi, Manila meminta Ketua Umum PSSI Djohar Arifin Husin mundur dari jabatannya. “Dia tidak becus,” katanya. Meski mengakui bahwa permainan timnas di bawah standar, Manila menunjuk kesalahan terbesar berada pada PSSI yang gagal menyelesaikan perselisihan di antara pengurus dan klubnya. “Ibarat kapal, yang bertanggung jawab adalah kaptennya, yaitu Ketua PSSI,” kata manajer tim nasional saat merebut medali emas SEA Games 1991 ini.
Purnawirawan bintang dua berusia 69 ini meminta PSSI mengambil himah dari kekalahan–dia menyebut permainan sekelas pertandingan antar kampung alias tarkam–itu sebagai momentum untuk becermin. “Ini adalah wajah sepak bola kita,” kata Manila.
Yah, selama ini IGK Manila jarang berkomentar sekitar hiruk pikuk kisruh persepakbolaan nasional. Sebagai sesepuh sepak bola nasional, tampaknya IGK Manila memilih menyepi dari carut marut PSSI yang semakin hari justru semakin panas. Namun pasca kekalahan telak timnas dua hari lalu, Manila tampak mulai gerah, dan tidak tahan untuk berdiam diri, dan memutuskan untuk turun gunung. Akibatnya, kalimat yang keluar terasa keras, menunjukkan bahwa kalimat tersebut merupakan letusan dari sesuatu yang selama ini dipendam, dan kini tak tertahankan lagi untuk dimuntahkan.
Bahkan kita yang awam pun merasakan tekanan yang sama. Setelah terpupuk kebanggaan akan prestasi Garuda Muda tahun lalu di ajang Sea Games 2011, kini kita serasa terhempas ke jurang yang paling dalam. Kita merasa terpukul dan terhina. Bagaimana lagi kita menghadapkan muka kita ke timnas Malaysia, yang selama ini selalu kita “serang” dengan kata-kata provokatif “ganyang Malaysia”? Ah ………… saya tidak mampu untuk membayangkan.
Perasaan terpukul tentunya juga dirasakan dengan sangat oleh para pemain dan juga pelatih. Mereka adalah korban dari kebijakan PSSI. Pelatih diberikan misi khusus yang hampir mustahil, tapi dengan pembatasan kebebasan. Sedangkan pemain yang secara mental belum siap terjun ke arena internasional dipaksakan mengemban misi yang berat. Bagaimana perasaan para pemain yang pulang dengan beban 10 gol tanpa balas. Bagaimana tertekannya perasaan kiper yang dalam debut internasional pertama kalinya harus memungut bola sepuluh kali dari jalanya sendiri? Dan bagaimana pula tertekannya perasaan pelatih yang juga dalam debut internasional pertama kalinya harus menuai hasil yang di luar dugaan?
Sulit untuk membantah bahwa sepak bola kita benar-benar berada di titik terendah. PSSI dan semua insan persepakbolaan harus melakukan suatu tindakan yang besar, karena musibah kekalahan timnas kali ini benar-benar sangat serius dan memalukan. Bahkan Menegpora Andi Mallarangeng pun juga ikut merasa gerah, setelah sekian lama enggan ikut campur dalam masalah kisruh PSSI.
Kali ini Andi Mallarangeng menegaskan bahwa pihaknya tidak akan memfasilitasi tim nasional PSSI dalam pertandingan internasional jika masih ada unsur diskriminasi dalam tim. Menurut Andi, tim nasional harus bebas kepentingan kelompok tertentu dan diisi pemain-pemain terbaik yang ada di Indonesia.
“Dalam dunia olahraga, termasuk sepak bola, jika sudah ada diskriminasi kelompok, maka bisa dipastikan tidak akan bisa berprestasi. Pemerintah juga tidak mau kalau timnas hanya diisi kelompok tertentu. Karena itu, kami tidak akan mau memfasilitasi lagi,” kata Andi ketika diminta tanggapan soal kondisi tim sepak bola nasional Indonesia, di Jakarta, Jumat (2/3/2012).
Casinos Near I-395 (NEW) - Mapyro
BalasHapusFind 광주 출장샵 Casinos Near I-395 (NEW) 포항 출장안마 near 구미 출장안마 I-395, United States - Find Casinos Near 속초 출장마사지 I-395 in New York, United States 보령 출장마사지 of America - Mapyro, United States of America